Pagi itu,
Ketika matahari telah terbit dan siap menyebarkan sinarnya, Ketika seluruh ibu rumah tangga repot dengan perkakasnya, dan ketika seluruh pelajar bersiap untuk pergi ke sekolah. aku kembali bertengkar dengannya.
Lagi dan lagi pada persoalan yang sama. Meski telah ribuan kali mencoba membedahnya, masalah ini tak kunjung menemukan titik terang. Selalu saja diakhiri dengan kejadian yang pada dasarnya tak ingin ku lakukan, sebuah pertengkaran.
Aku mencintainya tuhan,
Aku tak ingin menyakitinya. Darahnya mengalir didalam tubuhku, tak kan mungkin aku mengabaikannya. Aku sadar akan kodratku sebagai anak. Namun kini aku melampaui batas itu, aku telah menyakitinya kembali. Maafkan aku.
Andai engkau tau,
Aku tak sanggup melihat tubuhmu dibasahi butiran-butiran air yang menyebabkanmu dehidrasi, aku tak ingin engkau merasakan sakit. Aku harus menegarkan diri untuk itu.
Aku ingin engkau tahu bahwa tak banyak yang kupinta. Hanya sedikit kesadaran bahwa engkau tulang punggung keluarga. Bahwa engkau tiang kami untuk hidup. Harus dengan cara apa aku menyadarkan mu ?
Air mata selalu jatuh melihatmu tertidur pulas,
Membuatku berfikir akankah aku diberi kesempatan untuk bisa membahagiakanmu ?
Akankah engkau memaafkan kejadian ini ?
Aku menyakitimu, yang membuat hati ini jauh lebih tersakiti.
Aku telah menyakiti orang yang sangat kucintai.
Maafkan mulut yang tidak berpendidikan ini, tak ada maksud untuk menggoreskan luka dihatimu. Aku hanya ingin engkau sadar akan kewajibanmu terhadap kami.
Maafkan aku 父亲 :’)
0 komentar